Karomah Sunan Sendang Dhuwor: Membawa Terbang Masjid dari Jepara ke Lamongan - Kabar Paciran
Baca artikel dan tutorial Android dan informasi gadget terbaik

Karomah Sunan Sendang Dhuwor: Membawa Terbang Masjid dari Jepara ke Lamongan

 

Oleh: Rendy Ardana Janendra Putra
Mahasiswa PGMI UNISLA KAMPUS II
 
Makam Sunan Sendang Dhuwur menjadi alternatif destinasi ziarah di Kabupaten Lamongan selain makam Sunan Drajat. Walau tidak sepopuler salah satu dari sembilan penyebar agama Islam di Pulau Jawa itu. Saya Rendy Ardana, mahasiswa Kampus II Unisla, melihat dengan sendirinya jika makam Sunan Sendang Dhuwur tidak pernah sepi dari pengunjung.
 
 
Menurut tradisi lisan yang berkembang di masyarakat, Raden Noer Rahmat berkeinginan memiliki masjid sebagai tempat ibadah sekaligus syiar agama Islam. Sayangnya, keinginan itu terkendala karena tidak adanya kayu untuk bangunan masjid. Raden Noer Rahmat pun menyampaikan unek-uneknya kepada Sunan Drajat. Mendengar niatan tulus muridnya itu, Sunan Drajat kemudian memerintahkan Sunan Sendang Dhuwur untuk pergi ke wilayah Mantingan, Jepara. Sebab, di tempat itu terdapat masjid milik Mbok Rondho Mantingan atau Ratu Kalinyamat.
 
 
Kemudian berangkatlah Raden Noer Rahmad menemui Ratu Kalinyamat untuk menanyakan masjid tersebut. Ratu Kalinyamat sendiri merupakan Putri Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak Bintaro. Setelah bertemu Ratu Kalinyamat, Sunan Sendang Dhuwur menyampaikan pesan dari Sunan Drajat untuk bisa meminta atau membeli masjid milik Ratu Kalinyamat, Ratu Kalinyamat berkata bahwa tidak akan menjual kepada siapa saja. Dengan hati yang sedih Raden Noer Rahmat kemudian kembali pulang.
 
 
Setelah kepulangannya, suatu hari Raden Noer Rahmat bersemedi di puncak gunung pemerangan di desa kelahirannya (Desa Sedayu). Lalu Raden Noer Rahmat didatangi oleh Sunan Kalijogo dan dibangunkan dari semedinya. Raden Noer Rahmat disuruh kembali ke Mantingan. Kali ini Mbok Rondo Mantingan tidak keberatan memberikan Masjidnya namun dengan syarat harus dibawa sendiri tanpa bantuan orang lain dan dalam waktu semalam.
 
Ratu Kalinyamat tidak keberatan jika masjid miliknya diminta Sunan Sendang Dhuwur, namun dengan satu syarat, Sunan Sendang Dhuwur harus bisa memindahkan masjid tersebut hanya dalam waktu satu malam. 
 
 
Dengan petunjuk dari Allah melalui Sunan Kalijogo, Masjid tersebut kemudian terbang yang setelah ditaruh di atas puncak gunung Amintuno di Desa Sendang Dhuwur.
 
 
Jika Allah berkehendak, tidak ada hal muskil yang tidak bisa terjadi. Atas izin Allah Sunan Sendang Dhuwur berhasil memindahkan masjid itu dari Mantingan ke Desa Sendang Dhuwur dalam satu malam. Pada waktu Raden Noer Rahmat membawa terbang Masjid tersebut, salah satu pintunya ada yang jatuh di sebuah daerah yang sekarang dinamai desa Paciran, karena kejatuhan pintu Masjid (Keciciran).
 
 
Dengan demikian, harapan saya, ingatlah kata Ir. Soekarno, yaitu jangan sekali-kali melupakan sejarah (JASMERAH). Kurang lebihnya mohon maaf jika ada salah ketik maupun penambahan kata saya selaku penulis minta maaf yang sebesar besarnya.

 

Load Comments

Subscribe Our Newsletter