![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCiILMe0SsK0JrNzOjn71Yfxe-D0Bk9_QG8eaEQIxD-bqMVB-Aywjo4zwXbqgXhc5XvSGHHedRODaPuQC8vx4QEPZrpn8S4-jNv3kZVMB8dCXEv1837obsIOpuCWrisfHk9_CggSlQMF_d/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-22+at+12.28.54+%25282%2529.jpeg)
Peringatan Hari Santri yang digelar Muspika Paciran mengambil tema “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”. Isu perdamaian diangkat berdasar fakta bahwa sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian.
Sebagai laboratorium perdamaian, lanjutnya, pesantren merupakan tempat menyemai ajaran Islam rahmatan lil alamin, yaitu Islam ramah dan moderat dalam beragama. Menurut dia, sikap moderat dalam beragama ini sangat penting bagi masyarakat yang plural dan multikultural.
Kondisi cuaca pagi itu sangat panas menyengat, sehingga beberapa santri peserta apel jatuh pingsan. Korban lalu dievakuasi oleh Banser NU yang ikut membantu panitia apel.
Camat Paciran ketika diwancarai media ini menyampaikan, "Paciran sebagai kawasan santri di Pantura Lamongan akan kami support penuh dalam peringatan HSN."
Sementara itu, Ahmad Farid, selaku Wakil Sekretaris MWC NU Paciran menyampaikan kepada media ini, "Kado terindah kepada para santri tahun ini adalah UU Pesantren. Hal ini membuktikan bahwa Pemerintah RI peduli terhadap peran santri dan pesantren." (Beny)