![telogo podang desa telogoretno brondong](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheEoX4jGtVJqKY0ou9EhKttV5reuw9973xmOnxpYoKKpB1pbgMtL_E1T-5hGvGVh66MTkAQfZY0BSVF3FA1vfI31MlVB_hZQQ_6Sm4nqCUPRXqyMZwsBZiS3hIq1Uz09DUMyQYm_MmuVa4/w720-c-h360/LRM_EXPORT_21620375349661_20190713_135809218.jpeg)
KABAR.PACIRAN.COM — Perjalanan siang ngelantang kala itu, Sabtu (13/07/2019), sebenarnya tak punya tujuan terang. Berawal dari berbalas pesan singkat melalui Whatsapp, yang intinya kurang lebih berkisar pada kebosanan yang melanda para penganggur terselubung (penganggur musiman). Sungguh sebuah kecelakaan jika terbangun terlalu pagi, bagi seorang penggaggur. Dan perjalanan ngelayap itu pun jadilah.
Menyusuri aspal yang dengan sengitnya memantulkan balik sengatan matahari, menuju barat mencari kitab suci sesuatu. Selama perjalanan, sesuatu itu juga belum jelas benar. Hingga akhirnya mata kami melihat gapura desa Tlogoretno. di sebelah kiri jalan. Berbelok, masuk menyusuri jalanan berpaving melewati dusun Boho, sampailah di sebuah telaga kecil di dusun Podang desa Telogoretno kecamatan Brondong kabupaten Lamongan.
Di lokasi yang disebut sebagai Telogo Podang oleh warga sekitar ini kami berhenti untuk melepas penat dan menikmati kesejukan yang tercipta. Semilir angin siang itu membelai dahaga kehausan di tengah terik panas matahari yang sedari tadi sudah terlalu setia menyengat tepat di atas ubun-ubun. Beberapa pohon saloben tumbuh menjulang, dedaunannya yang rindang menjelma bagai tenda raksasa, dan megah.
Bayang dedaunan yang tertimpa langsung panas matahari yang menyelusup diantara dedaunan rimbun itu menawarkan kesejukan dan kenyamanan bagi setiap makhluk yang melintas di bawahnya.
Kualat
Disela-sela pengambilan gambar, kami pun mendapatkan sebuah nasihat dari warga setempat yang kebetulan melintas dan mengetahui aktivitas kami di sekitar telaga. Dari penuturan salah satu warga itu mengatakan, meskipun tak ada larangan khusus, telaga Podang ini memiliki pantangan meskipun sederhana. Namun terkadang lambe nyinyir kita terlampau sulit untuk dikontrol hingga akhirnya tanpa sengaja melanggar pantangan tersebut.
Mitos yang berkembang di masyarakat setempat mempercayai bahwa: Jangan sekali-kali menghina air telaganya, sebab jika anda nekat menghina air telaga Podang ini. Ganjaran bagi orang yang sengaja maupun tidak adalah mengalami sakit setelah sampai di rumah. Namun, Jika Anda sudah terlanjur menghina dan sakit. Obat penawar kualatnya cukup kembali ke telaga Podang ini dan meminum airnya.
Kami percaya begitu saja atas kearifan lokal itu. Karena pantangan sederhana itu tanpa kita sadari telah mampu menjaga telaga Podang dari kerusakan tangan-tangan jahil manusia. Apalagi kearifan lokal itu telah teruji oleh waktu selama berpuluh-puluh tahun menjaga telaga Podang dengan nyaman dan asri.
Istimewa
Selain mitos pantangan, ada hal lain yang menurut warga juga masih berhubungan dengan hal mistis. Kondisi air telaga ini seringkali berubah-ubah warna dan tingkat kejernihannya. Sekali waktu, memang terlihat cokelat keruh. Namun kadang jernih hingga terlihat dasarnya. Dilain kesempatan, air telaga seolah berwarna biru. Menjadikannya telaga yang istimewa bagi warga dusun Podang.
Terkait berubahnya warna air menjadi biru inilah yang menurut warga adalah hal mistis. Di waktu-waktu tersebut dikatakan bahwa telaga sedang ada yang mengunjungi. Tak jelas siapa yang dimaksud oleh warga dengan pengunjung itu. Namun dari gumaman yang sempat terdengar masih terkait dengan mitos jawa yang masyhur: Nyi Roro Kidul.
Penangkal Kekeringan
Disamping kenikmatan yang bisa diperoleh ketika berteduh di sekitar telaga, ada sisi lain dari telaga yang secara praktis mempengaruhi warga sekitar. Telaga yang juga pernah diperdalam menggunakan alat berat ini, juga punya fungsi sebagai sumber air cadangan terakhir jika desa mengalami kekeringan. Namun, itu adalah solusi terakhir jika tidak ada jalan lain. Selama ini warga telah memanfaatkan telaga Podang ini dengan baik sebagai sumber mata air alternatif jika air PDAM yang disalurkan dari desa Moyoriti mampet.
Terlepas dari cerita dan mitos yang menyelimuti, telaga Podang memang punya keistimewaan tersendiri walaupun sederhana. Diantara bincang singkat kami berdua ketika duduk ngeleset di hamparan rumput di sekitar telaga, sempat muncul celetukan: "Seandainya di sekitar telaga diberikan kursi-kursi panjang untuk duduk-duduk, ini bisa jadi destinasi wisata lokal yang bagus."
Sumber air telaga Podang ini punya pesona pemandangan yang terlampau istimewa untuk dikembangkan jadi tempat wisata alam. Sehingga bisa menjadi sumber ekonomi alternatif bagi warga, selain bertani jagung yang pada hari-hari terakhir ini, ladang jagung warga Podang lebih banyak diserang hawa Tikus.
Daun kecil-kecil yang jatuh ke telaga, gemericik dan hamparan air telaga menentramkan apalagi udara di lokasi yang masih segar, jauh dari polusi kendaraan bermotor di jalan raya Daendels. Tempat ini sangat cocok untuk bersantai bersama keluarga, rekan kerja atau teman-teman. Fakta itu tak terbantahkan, apalagi jika pihak pemerintah desa bekerjasama dengan karang taruna bisa mengelolanya dengan baik. Tentu dengan tetap menjaga kebersihan di sekitar telaga. Menjaganya agar tetap bisa dinikmati generasi baru di masa datang.
Catatan: Klik pada foto untuk memperbesar tampilan gambar dan menikmatinya dengan resolusi penuh.
(ar/ph)