![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDfgvN6h_d7Gi_yAJptMXDiK0ij859MCTSm43xnu7nilpmoooB7FvmEotU5LV8gb8vhPnN3edpB-_P4XL7gXTvbHWD7p0_dnQSD-fAg6GcG-gFQfk2grFqfk7Z0E_v396O3b9JWhnRW76C/s640/santri_20151007_185832.jpg)
KABAR.PACIRAN.COM — Scabies? Mungkin anda akan merasa asing dengan nama penyakit kulit ini. Tapi jika penyakit kulit ini disebutkan dengan nama lokalnya, kudis, pasti anda akan melafalkan huruf "o" dengan manggut-mangut. Penyakit kulit ini bisa dengan mudah menyerang siapa saja jika tidak bisa merawat tubuh dengan baik. Mungkin penyakit ini sudah tidak zaman. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa kudis atai scabies masih ada dan masih sering ditemukan.
Penyakit ini dulu sangat umum dan lumrah ditemui dikalangan murid-murid pondok pesantren. Penyebaran kutu scabie melalui alat alat pribadi sehari hari. Bisa dari pakaian, handuk atau seprai. Biasanya yang mengalami adalah anak anak usia sekolah dan kebanyakan memang bersekolah di pesantren dan/atau keluarganya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVeg1u_1EYaLcEhCl-r9vy6iL5QlnGRG1DGuVvtZvSiM-fk7_uTQhCb6AWoYp3DG_CjLPQtWFxboJZE-63Bl1uZNgSnSkGUcJtoIrreG0wI3bJ1LuFDuymocJXA0i2fp2dkengzd42FmYs/s640/Scabies-Mite.jpg)
Sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada seluruh anggota komunitas pesantren soal kebersihan dan sanitasi lingkungan. komunitas pesantren. Minimnya pengetahuan soal penyakit kudis makin memperparah penyebaran kutu scabie.
Penyebaran Kutu
Penyakit Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap kutu bernama sarcoptes scabiei. Kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Penyakit scabies yang disebabkan oleh kutu dan parasite ini memiliki siklus hidup yang dimulai ketika parasit betina hinggap dan masuk ke dalam kulit melalui liang-liang yang ada di kulit.
Parasit jantan lalu akan bergerak di antara area-area liang tersebut untuk mencari keberadaan parasit betina yang siap dibuahi. Setelah proses perkawinan selesai, parasit jantan akan mati dan parasit betina akan mulai bertelur, yang akan segera retak dan pecah dalam tempo tiga hingga empat hari kemudian.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipv10uqnveqt3PBGXNeVG6lUAlMbbLJjko6Mr_H_I2CVJtjm7oWcrNXltMvgmdt_-b-9GnkTTXyTiYR4kJIkIN8sW9R4fPacIp0DzQtgRzV5KM065FIB_I7DNa6gnQNk__tMIMDnhsd6p4/s640/kutu-kudis-telur.jpg)
Setelah telur parasit yang biasanya berupa tungau ini pecah, tungau muda akan keluar untuk berpindah di permukaan kulit sampai dewasa dalam waktu 10 hingga 15 hari. Kemudian, siklus hidup parasit tungau akan kembali berulang. Tungau jantan mengendap di permukaan kulit dan tungau betina akan bertahan di liang-liang kulit yang tidak kasat mata untuk menciptakan liang yang baru.
Karena sifat parasit tungau yang sangat aktif, perawatan secara agresif perlu dilakukan hingga penderitanya sembuh total tanpa ada jangka waktu yang ditargetkan. Tungau penyebab penyakit Scabies sendiri agak sulit dilepaskan dari kulit yang sudah menjadi sarangnya karena mereka tahan terhadap sabun dan air panas, serta tidak bisa digosok-gosok sampai hilang.
Hal inilah yang menyebabkan penyebarannya cepat meluas pada sebuah komunitas. Kasus kudisan di pesantren yang anak didiknya kurang paham tentang penyakit ini lebih sering terjadi. Komunitas pesantren, seperti yang sudah maklumi, para murid sering berbagi pakai barang-barang pribadi semisal pakaian atau alat-alat pribadi milik teman-temannya. Inilah mengapa penyebarannya begitu cepat.
Kenali Gejalanya
Gejala yang paling mendasar dari penyakit ini adalah gata-gatal yang berkepanjangan, hingga membentuk luka bakar dan bernanah. Oleh karean itu jika anda sudah mengalami gatal-gatal yang yang tak berkesudahan, segeralah periksa ke dokter.
Penyebaran penyakit scabies sendiri cenderung berlangsung dengan sangat cepat, kebanyakan karena orang yang menderita penyakit Scabies belum tentu mengetahui adanya kondisi ini. Kondisi yang harus segera diatasi ini kadang menunggu hingga selama dua sampai tiga minggu dari gejala infeksinya mulai muncul.
Tungau parasit penyebab penyakit Scabies ini dapat bertahan tanpa menempel pada tubuh manusia selama 24 hingga 36 jam lamanya, sehingga kontak dengan medium-medium yang menempel dengan kulit seperti handuk, pakaian dan alas tidur dapat membuat orang lain tertular meski jarang terjadi.
Diagnosa Penyakit Kudis
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-TI6KZgeVmBR6ddqhknM3sTZHbdl1gibyHUrzsXfL9JE1scokj8rRKpBcFGXQ848igYmbWghI6sFgiyjP8vOAljKrUTNoB0awP9xbBx6M327BPKQYYh9S5rnubM8xyOsbyCYVwSgA4ltl/s0/kudis-tangan.jpg)
Scabies biasanya didiagnosis dengan cara melihat sejarah pasien dan pemeriksik lesi atau benjolan. Tes-tes diagnosa yang dilakukan oleh dokter meliputi:
1. Memeriksa gerut atau goresan pada kulit untuk mengidentifikasi tungau atau telurnya.
2. Dermoscopy (pemeriksaan kulit) menggunakan dermoscope genggam untuk mencari tungau.
3. Dokter menggunakan pita perekat yang kuat kemudian ditempelkan pada kulit. Setelah itu perekat dilepaskan dan dilhat di bawah mikroskop untuk memeriksa tungau.
Mengobati Kudis
Pengobatan yang bisa dicoba untuk mengobati penyakit Scabies, bisa menggunakan krim topikal, seperti permetrin atau Elimite, yang diaplikasikan langsung ke kulit dari leher ke telapak kaki. Krim harus dipakai semalaman kemudian dicuci setelah 8 sampai 14 jam.
Berikut adalah obat yang bisa diberikan, namun mohon untuk tetap dalam pengawasan dari dokter:
1. Permetrin 5%. Merupakan obat pilihan dengan tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun, tetapi untuk ibu hamil dan menyusui, serta bayi kurang dari 2 bulan belum diketahui keamanannya, setelah pemakaian ada kemungkinan gejala tidak langsung mengilang. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih. Dosisnya sekali pemakaian. Sediaannya yang beredar saat ini adalah SCABIMITE yang termasuk golongan obat Keras.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmrnT87noZk4XkqaqGnFHN5pXf3zK7wK_LkyWgKIiT8ffY_BBu7NIhZrtbu7jH0PnsIYAEadTfHI2ZVO0jWL7FjZskTZoE5DXRmmM99o9I52YbdOfxPFfkYqWbMKJLqkLkOrQb1VoPjWxq/s1600/krim-scabmite.jpg)
2. Malation. Malation 0,5 % dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai
4. Sulfur. Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam. Sediaan yang beredar: TALCYN.
5. Monosulfiran. Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 – 3 bagian dari air dan digunakan selama 2 – 3 hari.
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan). Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. Sediaan yang beredar: PEDICUTOX.
7. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal.
Biasanya pemakaian krim untuk kedua kalinya dianjurkan satu sampai dua minggu setelahnya. Krim topikal lainnya juga termasuk krim atau losion crotamiton, crotan, eurax, lindane namun tidak dianjurkan sebagai pilihan pertama pengbatan karena adanya resiko kejang, salep sulfur, dan benzil benzoat. Itulah kenapa diperlukan pengawasan dokter.
Untuk mengobati rasa gatal, anda dapat mengkonsumsi obat seperti diphenhydramine (Benadryl) yang juga membantu tidur nyenyak.
Sementara The Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan dosis 200 mcg/kg sebagai dosis tunggal, yang diulang dalam dua minggu jika memilih pengobatan secara oral.
Sumber tulisan: Google, Wikipedia. Foto: via Google Images
(ph)