Mengenal GRITELA: Griya Literasi Laa Tahzan di Kandang Semangkon - Kabar Paciran
Baca artikel dan tutorial Android dan informasi gadget terbaik

KABAR.PACIRAN.COM - Griya Literasi Laa Tahzan, yang disingkat jadi Gritela oleh para pengelolanya ini merupakan wadah gerakan literasi di tingkat pedesaan yang bertumpu pada kegiatan perpustakaan jalanan untuk anak-anak membaca buku, mewarnai, dan mendongeng.

Kegiatan literasi yang diawaki oleh Mina, Azizah, dan Diana ini menggelar lapak bacaannya di pinggir jalan, lebih tepatnya 50 meter dari simpang (pertigaan) jalur keluar kendaraan (baca: Truk) di kawasan industri PT. Omya. Desa Kandangsemangkon, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan.

Selama 3 tahun berjalan, gerakan literasi ini menambah wawasan dan pengetahuan kepada anak-anak. Tepatnya sejak bulan Februari tahun 2016. Perpustakaan jalanan Gritela rutin menggelar lapak bacaan tiap hari Jumat. Meski bukan setiap hari melapak, tapi tetap melayani di rumah juga.

Anak-anak Gritela menunjukkan karyanya.
Foto: Dok. Gritela

Para pemandu perpustakaan jalanan Gritela ini memulai aktivitasnya setelah para jamaah selesai sholat Subuh, tepatnya pada pukul 06.00 WIB. Hingga detik ini perpustakaan jalanan Gritela mempunyai 200-an lebih koleksi buku untuk dibaca anak-anak dan umum.

Kali ini Tim redaksi Kabar Paciran berkesempatan mewawancarai salah satu pengelola perpustakaan jalanan Gritela. Jumat (19/07/2019) sore. Berikut hasil petikan wawancaranya dengan Minatus Sholihah

Kabar Paciran :Apa itu Gritela? (.)

Minatus Sholihah : Griya Literasi Laa Tahzan.
Gritela adalah sebuah komunitas orang-orang yang peduli literasi di desa. Mengumpukan relawan tidaklah mudah. Perlu pendekatan, pengenalan, dan pemahaman pada kepedulian pengembangan desa agar lebih berliterasi. Mulai mengumpulkan relawan diberbagai lini. Dari pengajar, pelajar, ibu-ibu, bapak-bapak yang peduli betul untuk perkembangan literasi desa.

Gritela berkegiatan apa saja?

Macam-macam. Untuk Anak-anak, selain membaca, ada juga mewarnai, & mendongeng di lapak baca. Untuk yang dewasa dan umum bisa membaca di rumah kami.

Siapa saja yang ikut mengelola dan sejak kapan?

Yang mengelola saya (Mina), Azizah, Diana, Dkk. Kami berdiri sejak bulan Februari 2016.

Selama 3 tahun mengelola perpustakaan jalanan Gritela pasti ada pengalaman suka dan dukanya.
Bolehlah dibagikan kisahnya.

Dukanya, ketika ada anak yang tanya sebuah buku untuk dibaca, namun buku yang dimaksud belum kami punya. Rasanya itu nyesek sekali.

Sukanya, ketika anak-anak baca dan meminjam buku-buku Gritela. Mencari-cari sampai di rumah saya. 🤭

Anak-anak membaca dan menggambar di Gritela.
Foto: Dok. Gritela

Malah pernah ada yang pinjam sampai 1 bulan. Ibunya yang mengembalikan sampai curi-curi waktu. Saya sampai gak tega soalnya anaknya kadung cinta membaca.

Anak-anak yang pinjam buku di Gritela itu gratis atau berbayar?

Kalau anak-anak membaca di tempat, kami gratiskan.

Sementara kalau buku yang dibaca dan mau dibawa pulang (bisa berminggu-minggu), harus memberikan jaminan berupa infaq, pertimbangan kami biar ada garansi saat buku rusak atau hilang, dll.

Kami sengaja tidak mematok tarif infaq, Istilahnya suka rela, yang sepantasnya saja. Suatu hari pernah kami dikasih 500 perak sama yang peminjam buku, ya... Kami terima saja, seikhlasnya. 😄

Pernah ada yang tidak balik bukunya?

Pernah. Tapi gak banyak.

Kebanyakan yang baca dan pinjam buku rata-rata usia berapa?

Kalau di lapak perpustakaan jalanan Gritela, kami fokuskan ke anak-anak.
Tapi kalau yang di rumah terbuka untuk umum. Koleksinya lebih luas. Ada buku novel, motivasi, pendidikan, dll.

Sampai saat ini. Perpustakaan jalanan Gritela punya koleksi buku berapa banyak untuk anak-anak?

Kurang lebih 100-an buku.

Secara pribadi ada tidak tentangan dari keluarga atau secara umum dari lingkungan saat menjalankan perpustakaan jalanan Gritela?

Membaca dan menggambar di Gritela.
Foto: Dok. Gritela.

Banyak... Yang terberat justru datang dari orang tua terutama.

"Kamu itu dapat apa, Min? Kuliah 4 tahun masak dapatnya cuma gini." Kata Bapak waktu itu.

Tak jawab. "Tenang, Pak. Masih ada di belakang, kata njenengan lak ngoten se."

Sementara kalau dari tempat juga ada. Pasalnya kami harus deg-deg, ser. Saat berada di daerah perlintasan kendaraan pabrik PT. Omya yang besar-besar itu. Terkadang kami kesulitan untuk mengkondisikan anak-anak biar mau menepi. Namun saya sering bersyukur karena pak sopir menyadari dan berjalan pelan-pelan.

Pagi setelah Subuh itu sudah ada truk yang melintas to! Pernah diusir tidak sama pihak pabrik PT. Omya?

Ya, sudah ada. Pagi sekitar jam 7-an, truk sudah ada yang melintas.

Kalau diusir belum pernah. Tapi kami sudah diwanti-wanti agar tidak buka lapak baca lebih dari jam 07.30 WIB.

***

Demikian petikan wawancara tim redaksi Kabar Paciran dengan Mbak Minatus Sholihah.

Di akhir wawancara daring lewat aplikasi WhatsApp itu, kami masih sempat berkirim imotikon ketawa. Ha-ha-ha.

Catatan: Klik pada gambar untuk melihat foto lebih besar. Seluruh foto adalah Dokumentasi Gritela.

(ar/ph)

Mengenal GRITELA: Griya Literasi Laa Tahzan di Kandang Semangkon

KABAR.PACIRAN.COM - Griya Literasi Laa Tahzan, yang disingkat jadi Gritela oleh para pengelolanya ini merupakan wadah gerakan literasi di tingkat pedesaan yang bertumpu pada kegiatan perpustakaan jalanan untuk anak-anak membaca buku, mewarnai, dan mendongeng.

Kegiatan literasi yang diawaki oleh Mina, Azizah, dan Diana ini menggelar lapak bacaannya di pinggir jalan, lebih tepatnya 50 meter dari simpang (pertigaan) jalur keluar kendaraan (baca: Truk) di kawasan industri PT. Omya. Desa Kandangsemangkon, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan.

Selama 3 tahun berjalan, gerakan literasi ini menambah wawasan dan pengetahuan kepada anak-anak. Tepatnya sejak bulan Februari tahun 2016. Perpustakaan jalanan Gritela rutin menggelar lapak bacaan tiap hari Jumat. Meski bukan setiap hari melapak, tapi tetap melayani di rumah juga.

Anak-anak Gritela menunjukkan karyanya.
Foto: Dok. Gritela

Para pemandu perpustakaan jalanan Gritela ini memulai aktivitasnya setelah para jamaah selesai sholat Subuh, tepatnya pada pukul 06.00 WIB. Hingga detik ini perpustakaan jalanan Gritela mempunyai 200-an lebih koleksi buku untuk dibaca anak-anak dan umum.

Kali ini Tim redaksi Kabar Paciran berkesempatan mewawancarai salah satu pengelola perpustakaan jalanan Gritela. Jumat (19/07/2019) sore. Berikut hasil petikan wawancaranya dengan Minatus Sholihah

Kabar Paciran :Apa itu Gritela? (.)

Minatus Sholihah : Griya Literasi Laa Tahzan.
Gritela adalah sebuah komunitas orang-orang yang peduli literasi di desa. Mengumpukan relawan tidaklah mudah. Perlu pendekatan, pengenalan, dan pemahaman pada kepedulian pengembangan desa agar lebih berliterasi. Mulai mengumpulkan relawan diberbagai lini. Dari pengajar, pelajar, ibu-ibu, bapak-bapak yang peduli betul untuk perkembangan literasi desa.

Gritela berkegiatan apa saja?

Macam-macam. Untuk Anak-anak, selain membaca, ada juga mewarnai, & mendongeng di lapak baca. Untuk yang dewasa dan umum bisa membaca di rumah kami.

Siapa saja yang ikut mengelola dan sejak kapan?

Yang mengelola saya (Mina), Azizah, Diana, Dkk. Kami berdiri sejak bulan Februari 2016.

Selama 3 tahun mengelola perpustakaan jalanan Gritela pasti ada pengalaman suka dan dukanya.
Bolehlah dibagikan kisahnya.

Dukanya, ketika ada anak yang tanya sebuah buku untuk dibaca, namun buku yang dimaksud belum kami punya. Rasanya itu nyesek sekali.

Sukanya, ketika anak-anak baca dan meminjam buku-buku Gritela. Mencari-cari sampai di rumah saya. 🤭

Anak-anak membaca dan menggambar di Gritela.
Foto: Dok. Gritela

Malah pernah ada yang pinjam sampai 1 bulan. Ibunya yang mengembalikan sampai curi-curi waktu. Saya sampai gak tega soalnya anaknya kadung cinta membaca.

Anak-anak yang pinjam buku di Gritela itu gratis atau berbayar?

Kalau anak-anak membaca di tempat, kami gratiskan.

Sementara kalau buku yang dibaca dan mau dibawa pulang (bisa berminggu-minggu), harus memberikan jaminan berupa infaq, pertimbangan kami biar ada garansi saat buku rusak atau hilang, dll.

Kami sengaja tidak mematok tarif infaq, Istilahnya suka rela, yang sepantasnya saja. Suatu hari pernah kami dikasih 500 perak sama yang peminjam buku, ya... Kami terima saja, seikhlasnya. 😄

Pernah ada yang tidak balik bukunya?

Pernah. Tapi gak banyak.

Kebanyakan yang baca dan pinjam buku rata-rata usia berapa?

Kalau di lapak perpustakaan jalanan Gritela, kami fokuskan ke anak-anak.
Tapi kalau yang di rumah terbuka untuk umum. Koleksinya lebih luas. Ada buku novel, motivasi, pendidikan, dll.

Sampai saat ini. Perpustakaan jalanan Gritela punya koleksi buku berapa banyak untuk anak-anak?

Kurang lebih 100-an buku.

Secara pribadi ada tidak tentangan dari keluarga atau secara umum dari lingkungan saat menjalankan perpustakaan jalanan Gritela?

Membaca dan menggambar di Gritela.
Foto: Dok. Gritela.

Banyak... Yang terberat justru datang dari orang tua terutama.

"Kamu itu dapat apa, Min? Kuliah 4 tahun masak dapatnya cuma gini." Kata Bapak waktu itu.

Tak jawab. "Tenang, Pak. Masih ada di belakang, kata njenengan lak ngoten se."

Sementara kalau dari tempat juga ada. Pasalnya kami harus deg-deg, ser. Saat berada di daerah perlintasan kendaraan pabrik PT. Omya yang besar-besar itu. Terkadang kami kesulitan untuk mengkondisikan anak-anak biar mau menepi. Namun saya sering bersyukur karena pak sopir menyadari dan berjalan pelan-pelan.

Pagi setelah Subuh itu sudah ada truk yang melintas to! Pernah diusir tidak sama pihak pabrik PT. Omya?

Ya, sudah ada. Pagi sekitar jam 7-an, truk sudah ada yang melintas.

Kalau diusir belum pernah. Tapi kami sudah diwanti-wanti agar tidak buka lapak baca lebih dari jam 07.30 WIB.

***

Demikian petikan wawancara tim redaksi Kabar Paciran dengan Mbak Minatus Sholihah.

Di akhir wawancara daring lewat aplikasi WhatsApp itu, kami masih sempat berkirim imotikon ketawa. Ha-ha-ha.

Catatan: Klik pada gambar untuk melihat foto lebih besar. Seluruh foto adalah Dokumentasi Gritela.

(ar/ph)

Load Comments

Subscribe Our Newsletter