Ini tentang kejadian keseharian yang mungkin sering atau pernah kita temui yaitu tentang datangnya tukang jajanan yang datang pada saat kita tidak ingin dia datang.
Kedatang penjual jajanan ini sangat teratur. Mereka muncul sesuai dengan jadwal jam yang hampir sama setiap hari, maka yang namanya tukang jajanan akan datang sama persis dengan waktu anak-anak sebelumnya beli, Sebagai informasi tambahan. Depan rumah saya bukanlah jalan umum, dan juga termasuk gang buntu, tapi itu tidak menghalanginya untuk rutin datang sama, tabiatnya mirip dengan pengamen dan pengemis yang sangat rajin datangnya.
Jadwal datangnya tukang jajanan di rumah di mulai pada pagi, sekitar jam Sembilan dengan hadirnya tukang bakso, sementara itu pada sore jam Lima menjelang Maghrib datang tukang bakso lagi, setelah maghrib berlalu dan langit mulai gelap datanglah tukang bakpao dengan suara khas tet-tot-tet-totnya, dan yang terakhir, pada malam setelah Isya, hadirlah tukang pentol sayang anak, dan ada penjual yang hadirnya tidak setiap hari, kemunculannya hanya mingguan saja, pedagang itu adalah tukang jamu buyung upik pada jam setengah Tujuh pagi, pada hari Jumat.
Kita semua tahu, atau sampean pura-pura tidak tahu juga tidak apa-apa. Anak kecil usia balita jika sekali dibelikan maka otomatis akan minta beli lagi. Jika tidak dibelikan karena baru makan atau bapakne lagi gak punya uang, maka dia akan menangis sekeras-kerasnya, dan yang bikin hati pengen gomprang penjual jajanan adalah saat sang penjual itu tambah anteng dan malah membunyikan bunyian khas masing-masing.
Para penjual ini lebih tahu bagaimana cara memprovokasi anak-anak dengan segala cara dan iming-imingnya. ia tak akan pergi sampai sang pembeli potensial dibelikan oleh orang tuanya, tentu saja orang tua yang membelikan anaknya jajanan dengan hati mrongkol sak gajah.
Itulah curhatan dari orang tua yang dikadali oleh tega atau pinternya sang penjual jajanan.
Esai ini ditulis oleh Kepala Suku Kabar Paciran: Beny Hasyim
Pada 7 Desember 2018, pukul 21.09 WIB.