Dugaan keracunan bau ikan terjadi pada Anak Buah Kapal (ABK) KM Bunga Mekar, yang berada di Kecamatan Paciran, Selasa kemarin, malam.
Dalam kejadian tersebut, berdasarkan penuturan ABK ada 15 orang pingsan, 10 di antaranya sadarkan diri.
Sedangkan tiga dirujuk di rumah sakit umum Dr Koesma Tuban, dua lainnya dinyatakan meninggal dunia.
Seorang ABK Kapal lain, Barok mengatakan, kapal baru saja tiba dan bersandar di pelabuhan, kemarin malam
Lalu ABK mulai membuka box yang berada di perut kapal untuk mengambil ikan pirek.
Saat dibuka, ternyata satu di antara ABK bernama Andik Dwi Saputra (20) alias Ambon pingsan masuk ke box, tak berselang lama dia meninggal di lokasi.
ABK kapal lain, Kashuri yang mencoba menolong juga pingsan, nyawanya tak terselematkan saat dirawat di RS Arsy, Paciran.
"Dua ABK yang meninggal dunia warga Desa Blimbing, Kecamatan setempat. Tiga yang masih selamat kini dirawat di RSUD Dr Koesma Tuban," Ujar saksi yang mendampingi di rumah sakit, Rabu (12/12/2018).
Dia menjelaskan, tiga ABK yang masih menjalani perawatan yaitu Agung Setiawan (19), Sutikno (45), dan Ansori (33), sebagai nahkoda.
Ketiganya yang merupakan warga Blimbing, Paciran itu dibawa ke rumah sakit Rabu, Dinihari, sekitar pukul 03.00 WIB. Kini mereka masih dalam kondisi terkulai lemah.
"Ya tiga masih dirawat, karena kondisinya masih lemah," Beber saksi.
Ikan Beramonia Tinggi Tak Diberi Es dan Garam
Insiden meninggalnya dua nelayan asal Blimbing,Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan akibat keracunan aroma ikan Pirek atau ikan busuk di TPI Brondong Lamongan Jawa Timur, ternyata akibat kelalaian para nelayan sendiri.
![petugas melakukan tes dengan memasukkan ayam hidup](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXTfl3waU7wb4QLTFpT2WlOWPM4I0Zab-uTIeoobyRs8hHV7o5TcQSplTEEvJmWpPBafflGQs2YQfc6pnLuzid97ohFMxf9iaEh3WV0etntcXRYBS7h8vKWvV36exXluadMd6CixdP51B8/s1600/ayam-pun-mati-keracunan.png)
Ikan Pirek itu adalah ikan tangkapan yang tidak laku dijual mahal.
"Istilahnya itu ikan buangan. Itu ikan busuk yang dijual murah untuk campuran bahan makanan ternak," kata Ketua Rukun Nelayan Blimbing Paciran, Wahid kepada TribunJatim.com, Rabu (12/12/2018) siang.
Sejak nelayan melaut dan mendapatkan ikan Pirek dibawa ke daratan, biasanya sampai 15 hari. Dan jika tidak ingin ikan Pirek itu mengeluarkan amonia sangat tinggi, biasanya saat disimpan dalam boks itu diberi es batu dan garam.
Tapi ada juga yang dibiarkan begitu saja dalam boks tanpa pengawet es batu maupun garam. Alasannya mengurangi biaya dan untuk mendapatkan bau menyengat.
Insiden yang terjadi Selasa (11/12/2018) petang kemarin itu, menurut Wahid, karena para ABK perahu sengaja tidak menambah es batu dan garam. Makanya memicu amonia cukup tinggi.
"Boks itu kan selalu ditutup selaman perjalanan pulang (15 hari, red). Jadi amonianya cukup tinggi dan menyengat," kata Wahid kepada TribunJatim.com .
Untuk korban pertama yang masuk mungkin karena posisi di atas amonianya masih terbawa angin.
Begitu makin dalam, karena kedalaman boks itu antara 2 meter hingga 2, 5 meter, bau amonia bertahan di dalam boksnya.
Itulah yang menyebabkan para korban pingsan dan ada dua yang tidak tertolong nyawanya.
Kalau ikan dalam boks itu ditambah pengawet es batu dan garam, maka insiden itu tidak akan dialami para nelayan.
Menurut Wahid, kejadian serupa sebenarnya sering terjadi.
" Kejadian itu sering, tapi tidak sampai ada yang meninggal seperti kemarin," kata Wahid kepada TribunJatim.com.
Ditanya dua korban meninggal, Kashuri dan Andi sudah dimakamkan oleh keluarganya tadi malam.
"Malam tadi langusng dimakamkan," katanya.