Impian Wisata Kuliner Malam Hari Di Pasar Paciran - Kabar Paciran
Baca artikel dan tutorial Android dan informasi gadget terbaik

KABAR PACIRAN - Saya tadi malam kira-kira pukul 18.05 WIB, bersama konco turu (bojo) naik sepeda motor dari arah dusun Penanjan menuju ke barat, lebih tepatnya menyusuri jalan raya ke arah desa Paciran, untuk mencari sesuap nasi sebagai pengisi perut yang lapar. Rabu (20/11/2018).


Tapi dalam otak saya tidak ada tujuan yang pasti, maksudku dengan makanan apa perut kami ini mau kami isi. Setelah waktu berlalu kira-kira 10 menit, laju roda sepeda motor berjalan dan melewati jembatan Paciran.


Mendadak akal pikiran ini tersirat inisiatif untuk balik arah dan belok ke pasar desa Paciran. Sesampainya di area pasar desa Paciran, tiba-tiba kami diserang dilema untuk menentukan pilihan. Dalam hati bimbang dan bingung apa yang harus kami makan. Karena di situ ada beberapa warung terbuka yang semuanya mengundang selera. (mergo weteng'e wes lesu telung dino durung mangan).


Di antara deretan warung terbuka yang ada di area parkir pasar desa Paciran itu ada warung Sego Sambel, warung Ayam Geprek juga ada warung Mie Ayam atau yang biasa kita kenal dengan nama kerennya Pangsit.

Sebagai laki-laki yang bijaksana dan sudah berumah tangga, tidak elok rasanya kalau tidak meminta saran dari pasangan, pujaan hati dan separuh nafas jiwaku. (Yang jomblo gak bisa nulis kayak gini kan. Guyon, Luur.).

Setelah rembukan dengan konco turu, akhirnya kami menuju ke salah satu warung, warung yang beruntung kami tuju malam itu adalah warung Sego Sambel. Meskipun dalam hati berkata. "Mesti pedes iki, namanya saja Sego Sambel." Dan rasa khawatir itu tiba-tiba hilang dan sirna karena teringat dengan pesan mbah-mbah terdahulu. "Sudah kadung keluar rumah, pantang pulang sebelum perut kenyang."

Setelah duduk, kami ditanya sama yang jualan. "Makan sini, apa bungkus?" tawaran itu saya jawab singkat saja. "Bungkus."

Setelah menunggu beberapa saat karena antri sama pembeli yang lain. Akhirnya kami disuguhkan sepiring nasi dan betapa terkejutnya kami karena di atas piring dikasih alas daun pohon Jati (godong jati). Sungguh penyajian dengan ciri khas tersendiri. Klasik.

Dalam hati bergumam. "Pasti mantap makanan ini dengan Sambel, Cumi, Tempe, Iwak Jaketan yang mengundang selera, disertai juga lemek godong jati (bungkus daun jati). Seolah-olah kita makan di tegalan atau sawah. Dan memang maknyussss."

Dan setelah menikmati semuanya, mendadak dalam hati saya bertanya-tanya.

"Coba di pasar Paciran ini dijadikan wisata kuliner malam, karena masih ada beberapa stand yang masih kosong dan di kanan-kiri juga masih ada tanah yang longgar sehingga aktivitas di pasar Paciran tiada habisnya, baik siang maupun malam atau mungkin ada tanah yang kosong bisa dijadikan atau disulap jadi wisata kuliner malam."

"Memang dan pasti akan ada banyak kendala dari penataan stand, listrik dan masih banyak lagi. tapi, apakah saya pribadi tidak boleh bermimpi, kalau suatu saat di desa Paciran mempunyai wisata kuliner malam. Apalagi sekarang banyak sekali penjual aneka jajan atau makanan baik yang pakai tenda atau gerobak berjejer di pinggir jalan raya."

Jawilan tangan konco turu ke perut terasa pelan dan hati-hati, isyarat mesra itu memberi kode untuk segera menghabiskan makanan, dan sekaligus membuyarkan angan-angan dan impian.

Esai dan foto oleh salah satu anggota dewan redaksi Kabar Paciran: Samson Ria Rio

Impian Wisata Kuliner Malam Hari Di Pasar Paciran


KABAR PACIRAN - Saya tadi malam kira-kira pukul 18.05 WIB, bersama konco turu (bojo) naik sepeda motor dari arah dusun Penanjan menuju ke barat, lebih tepatnya menyusuri jalan raya ke arah desa Paciran, untuk mencari sesuap nasi sebagai pengisi perut yang lapar. Rabu (20/11/2018).


Tapi dalam otak saya tidak ada tujuan yang pasti, maksudku dengan makanan apa perut kami ini mau kami isi. Setelah waktu berlalu kira-kira 10 menit, laju roda sepeda motor berjalan dan melewati jembatan Paciran.


Mendadak akal pikiran ini tersirat inisiatif untuk balik arah dan belok ke pasar desa Paciran. Sesampainya di area pasar desa Paciran, tiba-tiba kami diserang dilema untuk menentukan pilihan. Dalam hati bimbang dan bingung apa yang harus kami makan. Karena di situ ada beberapa warung terbuka yang semuanya mengundang selera. (mergo weteng'e wes lesu telung dino durung mangan).


Di antara deretan warung terbuka yang ada di area parkir pasar desa Paciran itu ada warung Sego Sambel, warung Ayam Geprek juga ada warung Mie Ayam atau yang biasa kita kenal dengan nama kerennya Pangsit.

Sebagai laki-laki yang bijaksana dan sudah berumah tangga, tidak elok rasanya kalau tidak meminta saran dari pasangan, pujaan hati dan separuh nafas jiwaku. (Yang jomblo gak bisa nulis kayak gini kan. Guyon, Luur.).

Setelah rembukan dengan konco turu, akhirnya kami menuju ke salah satu warung, warung yang beruntung kami tuju malam itu adalah warung Sego Sambel. Meskipun dalam hati berkata. "Mesti pedes iki, namanya saja Sego Sambel." Dan rasa khawatir itu tiba-tiba hilang dan sirna karena teringat dengan pesan mbah-mbah terdahulu. "Sudah kadung keluar rumah, pantang pulang sebelum perut kenyang."

Setelah duduk, kami ditanya sama yang jualan. "Makan sini, apa bungkus?" tawaran itu saya jawab singkat saja. "Bungkus."

Setelah menunggu beberapa saat karena antri sama pembeli yang lain. Akhirnya kami disuguhkan sepiring nasi dan betapa terkejutnya kami karena di atas piring dikasih alas daun pohon Jati (godong jati). Sungguh penyajian dengan ciri khas tersendiri. Klasik.

Dalam hati bergumam. "Pasti mantap makanan ini dengan Sambel, Cumi, Tempe, Iwak Jaketan yang mengundang selera, disertai juga lemek godong jati (bungkus daun jati). Seolah-olah kita makan di tegalan atau sawah. Dan memang maknyussss."

Dan setelah menikmati semuanya, mendadak dalam hati saya bertanya-tanya.

"Coba di pasar Paciran ini dijadikan wisata kuliner malam, karena masih ada beberapa stand yang masih kosong dan di kanan-kiri juga masih ada tanah yang longgar sehingga aktivitas di pasar Paciran tiada habisnya, baik siang maupun malam atau mungkin ada tanah yang kosong bisa dijadikan atau disulap jadi wisata kuliner malam."

"Memang dan pasti akan ada banyak kendala dari penataan stand, listrik dan masih banyak lagi. tapi, apakah saya pribadi tidak boleh bermimpi, kalau suatu saat di desa Paciran mempunyai wisata kuliner malam. Apalagi sekarang banyak sekali penjual aneka jajan atau makanan baik yang pakai tenda atau gerobak berjejer di pinggir jalan raya."

Jawilan tangan konco turu ke perut terasa pelan dan hati-hati, isyarat mesra itu memberi kode untuk segera menghabiskan makanan, dan sekaligus membuyarkan angan-angan dan impian.

Esai dan foto oleh salah satu anggota dewan redaksi Kabar Paciran: Samson Ria Rio
Load Comments

Subscribe Our Newsletter