KABAR PACIRAN – Dewasa ini generasi muda kita makin tergerus oleh kemajuan teknologi dan juga sikap individualis, lambat laun generasi muda kini tidak terlalu memperdulikan untuk bersosialisasi dengan tetangga ataupun lingkungan sekitar. Meski tidak semua generasi muda kita berpandangan seperti itu.
Sungguh beruntung generasi muda dusun Penanjan, desa Paciran masih memegang teguh nasionalisme yang diturunkan oleh generasi sebelumnya. Wujud dari nasionalisme yang tak luntur oleh zaman itu tampak dalam peringatan 17 Agustus. Rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia ini tercermin dalam tradisi malam tirakatan 17 Agustus.
Satu hari sebelum tanggal 17 Agustus yang diperingati sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tahun warga dusun Penanjan menggelar malam tirakatan. Saat malam tirakatan ini warga akan datang dan berkumpul untuk kemudian mengenang jasa-jasa para pahlawan. Kegiatan ini merupakan penerapan nilai-nilai gotong royong dan kerukunan dari warga, karena semua yang dipersiapkan dari, oleh dan untuk warga itu sendiri.
Diantara kegiatan dari acara tirakatan tersebut juga akan ditutup dengan ramah tamah sesama warga dengan menyantap makan bersama. Ada yang unik dari acara penutup ini, warga secara gotong royong telah menyajikan Sego Ambeng, yang disajikan dengan daun pisang yang ditata sepanjang 85 m, menyusuri jalan Gang dusun Penanjan.
“Salut pool untuk warga Najan,, #krasan mangon nanjan. Nek ada muri mungkin wes masuk rekor muri dengan ambeng terpanjang 85m...” Kata Mbak Niena Pesex warga dusun Penanjan di akun facebook pribadinya yang diunggah 4 jam yang lalu, (17/08/2018).
Kearifan Lokal seperti inilah yang sebenarnya menjadi keunggulan bangsa Indonesia yang dahulu memang dikenal dengan gotong royong, kerukunan serta toleransinya. Hingga saat ini Tradisi malam tirakatan ini masih bisa anda ditemui di dusun Penanjan dan berbagai wilayah lainnya di Indonesia.
Foto : Mbak Ida. Mbak Atik. Pak Samson. Mbak Fina. Mas Daeng. Mas Agenk. Mbak Nina.