Ketahanan Pangan Nelayan. - Kabar Paciran
Baca artikel dan tutorial Android dan informasi gadget terbaik


KABAR PACIRAN - Cerita tentang kampung nelayan selalu saja terkait dengan kemiskinan, keterbatasan pendidikan dan selalu dicap sebagai kampung kumuh, stereotip itu berkembang luas di kalangan masyarakat, namun ada yang lebih krusial dari pada itu, dimana hal ini berkaitan langsung terhadap ketahanan hidup nelayan itu sendiri.


Seperti diketahui bersama, kalau profesi nelayan sebagai mata pencarian memang mempunyai tingkat resiko tinggi, baik dalam biaya operasional yang tergolong tinggi maupun resiko keselamatan di Laut. Pada kenyataanya hal itu tidak diimbangi dengan kemampuan nelayan dalam pola Ketahanan pangan.


Ketidak berimbangan dalam ketahanan pangan itu semakin diperparah dengan gaya hidup, pola konsumsi dalam keseharian kehidupan kebanyakan masyarakat nelayan yang sangat boros.

Dahulu kala para generasi nelayan pada dekake awal 80-an masih dengan sadar diri akan ketahanan pangan. Saat musim angin barat tiba nelayan secara sadar diri akan merubah pola konsumsi, dari yang biasa makan serba nikmat dan enak akan berganti menu sederhana ala kadarnya. Makan nasi aking dengan lauk ikan asin yang dibakar, hanyalah salah satu contoh, bila hari cukup beruntung kadang masih ada sambal terasi. kebesaran kekuatan alam yang tidak mungkin dilawan membuat nelayan secara sadar harus berhemat demi ketahanan pangan keluarga, dan Kini wujud kearifan nelayan itu telah pudar.




Di wilayah desa Paciran saja para pedagang akan merasakan langsung dampak dari penurunan profit apabila pendapatan nelayan Paciran tidak begitu besar memperoleh hasil tangkapan. "Sekarang penghasilan warung kopi saya susut mas, susutnya bisa sampai separuh, jika dibandingkan dengan saat nelayan pas along-along." Kata pemilik warung kopi balai kambang mas Aat (33).


Kesaksian pedagang ini bisa menjadi bisa menjadi acuan kecil tentang bagaimana pola konsumsi masyarakat nelayan yang begitu tinggi. Apabila pola ini terus berlangsung tanpa ada kesadaran ketahanan pangan hal ini bisa menjadi bumerang bagi para nelayan itu sendiri, maka tidak usah heran bila ada banyak nelayan yang terjerat hutang oleh para tengkulak atau agen.


Berdasarkan hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan (Kajiskan), stok ikan lestari (maximum sustainability yield) Indonesia naik dari 7,3 juta ton pada tahun 2015, lalu bertambah menjadi 9,93 juta ton pada tahun2016, dan kemudian bertambah lagi diangka 12,54 juta ton pada tahun 2017.


Dalam periode saat ini nelayan kecil sangat terbantu dengan beberapa kebijakan pemerintah, Secara nasional telah terjadi penurunan impor hingga 70 persen. Peningkatan juga terjadi pada konsumsi ikan masyarakat Indonesia dari 37,2 kg per kapita tahun 2014 menjadi 41,1 kg per kapita pada tahun 2015, dan 43,9 kg per kapita tahun 2016. kebijakan pemerintah yang sangat menguntungkan nelayan kecil ini seyogyanya disikapi pula dengan kesadaran ketahanan pangan.(Ar/ben)


Foto : Redaksi KaPa

Ketahanan Pangan Nelayan.



KABAR PACIRAN - Cerita tentang kampung nelayan selalu saja terkait dengan kemiskinan, keterbatasan pendidikan dan selalu dicap sebagai kampung kumuh, stereotip itu berkembang luas di kalangan masyarakat, namun ada yang lebih krusial dari pada itu, dimana hal ini berkaitan langsung terhadap ketahanan hidup nelayan itu sendiri.


Seperti diketahui bersama, kalau profesi nelayan sebagai mata pencarian memang mempunyai tingkat resiko tinggi, baik dalam biaya operasional yang tergolong tinggi maupun resiko keselamatan di Laut. Pada kenyataanya hal itu tidak diimbangi dengan kemampuan nelayan dalam pola Ketahanan pangan.


Ketidak berimbangan dalam ketahanan pangan itu semakin diperparah dengan gaya hidup, pola konsumsi dalam keseharian kehidupan kebanyakan masyarakat nelayan yang sangat boros.

Dahulu kala para generasi nelayan pada dekake awal 80-an masih dengan sadar diri akan ketahanan pangan. Saat musim angin barat tiba nelayan secara sadar diri akan merubah pola konsumsi, dari yang biasa makan serba nikmat dan enak akan berganti menu sederhana ala kadarnya. Makan nasi aking dengan lauk ikan asin yang dibakar, hanyalah salah satu contoh, bila hari cukup beruntung kadang masih ada sambal terasi. kebesaran kekuatan alam yang tidak mungkin dilawan membuat nelayan secara sadar harus berhemat demi ketahanan pangan keluarga, dan Kini wujud kearifan nelayan itu telah pudar.




Di wilayah desa Paciran saja para pedagang akan merasakan langsung dampak dari penurunan profit apabila pendapatan nelayan Paciran tidak begitu besar memperoleh hasil tangkapan. "Sekarang penghasilan warung kopi saya susut mas, susutnya bisa sampai separuh, jika dibandingkan dengan saat nelayan pas along-along." Kata pemilik warung kopi balai kambang mas Aat (33).


Kesaksian pedagang ini bisa menjadi bisa menjadi acuan kecil tentang bagaimana pola konsumsi masyarakat nelayan yang begitu tinggi. Apabila pola ini terus berlangsung tanpa ada kesadaran ketahanan pangan hal ini bisa menjadi bumerang bagi para nelayan itu sendiri, maka tidak usah heran bila ada banyak nelayan yang terjerat hutang oleh para tengkulak atau agen.


Berdasarkan hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan (Kajiskan), stok ikan lestari (maximum sustainability yield) Indonesia naik dari 7,3 juta ton pada tahun 2015, lalu bertambah menjadi 9,93 juta ton pada tahun2016, dan kemudian bertambah lagi diangka 12,54 juta ton pada tahun 2017.


Dalam periode saat ini nelayan kecil sangat terbantu dengan beberapa kebijakan pemerintah, Secara nasional telah terjadi penurunan impor hingga 70 persen. Peningkatan juga terjadi pada konsumsi ikan masyarakat Indonesia dari 37,2 kg per kapita tahun 2014 menjadi 41,1 kg per kapita pada tahun 2015, dan 43,9 kg per kapita tahun 2016. kebijakan pemerintah yang sangat menguntungkan nelayan kecil ini seyogyanya disikapi pula dengan kesadaran ketahanan pangan.(Ar/ben)


Foto : Redaksi KaPa
Load Comments

Subscribe Our Newsletter