Ali Sunan Mantan Pemain Sepakbola Nasional Asli Paciran, Dari RCM untuk Indonesia. - Kabar Paciran
Baca artikel dan tutorial Android dan informasi gadget terbaik




  Penulis: Amir Baihaqi

Beberapa klub legendaris sepakbola Indonesia sudah pernah ia bela dalam karirnya dari periode 1990 sampai 2008. Sebut saja Persija Jakarta, Assyabab Surabaya, Petrokimia Gresik, Arseto Solo, dan PSIS Semarang yang dibawanya menjadi kampiun di Ligina musim 1999. Setelah tidak aktif menjadi pemain profesional, ia memilih menjadi pelatih di Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan (PS HW) Paciran dan membuka toko perlengkapan olahraga. Berikut laporan khusus dari Kabar Paciran saat ditemui di tokonya.



USIANYA sudah menginjak 50 tahun, namun terlihat masih energik dan cekatan. Hal itu terlihat saat melayani beberapa pembeli di toko peralatan olahraga miliknya yang berada di samping Rumah Makan Mekar Jaya 1.



Disela-sela melayani pembeli, pria kelahiran 1 November 1967 itu menceritakan awal mula dirinya menjadi pemain profesional. Dari karirnya tersebut sederet prestasi sudah terukir dan diraihnya.



Tapi siapa sangka, putra Haji Marwan itu memulai karir sepakbola dari klub sepakbola amatir desa bernama Remaja Cuci Mobil (RCM). "Dinamakan begitu karena sebagian para pemainnya sehari-harinya merupakan tukang cuci mobil," kata pria yang akrab disapa Bang Ali itu.



Bersama RCM, ia bermain di Liga Utama Desa Paciran bersaing dengan klub desa setempat seperti Buana Raya, PS HW, Rodali, dan sebagainya. Tahun 1986, ia kemudian mencoba peruntungan berangkat ke Jakarta dan berhasil masuk di tim Persija Junior.

Dari situlah, karir Bang Ali langsung menanjak dengan menembus menjadi pemain nasional U16 yang berlaga di Piala Coca Cola Asia tahun 1988. "Waktu itu (Piala Coca Cola, red) saya terpilih jadi playmaker terbaik," kenang Bang Ali.

Usai piala Coca Cola, rupanya klub dari Kalimantan Timur yakni PKT Bontang langsung kepincut dan mengontraknya selama lima musim berturut-turut pada periode 1990 sampai 1995. Karirnya kemudian dilanjutkan di tiga klub Galatama yakni Assyabab Surabaya, Petrokimia Gresik, dan Arseto Solo. "Masing-masing klub saya bela satu musim kompetisi saja," ujarnya.

Sekitar tahun 1996, induk organisasi sepakbola nasional PSSI di bawah kepemimpinan Azwar Anas mengeluarkan kebijakan baru. Klub-klub dalam kompetisi Galatama dan Perserikatan diikutkan untuk ikut di Liga Indonesia (Ligina).




Tahun 1999 setelah kompetisi Ligina bergulir, ia kemudian bergabung dengan PSIS Semarang. Dalam usia yang relatif muda, Bang Ali turut andil mengantarkan tim berjuluk Panzer Biru ke tangga juara untuk pertama kalinya.

Tak hanya mengantarkan PSIS Semarang juara Ligina musim 1999, Bang Ali juga melengkapi gelar individu sebagai pemain terbaik nasional. "Alhamdulillah, waktu itu bisa juara dan meraih pemain terbaik Ligina," tuturnya.

Setelah semusim mengukir prestasi puncak bersama PSIS, Bang Ali kemudian hengkang dan memutuskan bergabung dengan tim Persija pada tahun 2000. Namun kerbersamaan dengan tim ibu kota berjuluk Macan Kemayoran juga hanya semusim.

Namun sejauh-jauhnya burung terbang, pada akhirnya singgah juga. Tahun 2001 Laskar Joko Tingkir Persela yang promosi naik ke divisi utama sempat diperkuat Bang Ali. Meskipun hanya semusim karena ia kembali ke Jakarta memperkuat PSJS Jakarta Selatan selama semusim.

Pria kelahiran Dusun Ngayom, Sekaran ini sempat juga berkostum Persepur Purwodadi Jawa Tengah dan Persekam Kabupaten Malang selama semusim.

Namun dunia sepakbola ternyata sudah mendarah daging bagi Bang Ali, usai pensiun di lapangan hijau ia sempat berkarir sebagai pelatih. Meski tak semoncer sewaktu jadi pemain, beberapa klub yang tercatat pernah dilatih seperti Persekam dan PSBI Blitar. "2004 di Persekam sempat jadi pemain dan pelatih," katanya.

Kini diusia kepala lima, sehari-hari Bang Ali membuka usaha toko peralatan mulai dari jersey klub, sepatu dan berbagai macam peralatan olahraga. Ia berharap dari pengalaman dan prestasinya yang telah diraih bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi bibit-bibit muda pemain lokal.

Terlebih lagi sejak dahulu Persepa Paciran dikenal sebagai gudangnya pemain dengan talenta bagus di pesisir Pantura. Bukan tidak mungkin dengan pembinaan berkelanjutan dan kompetisi yang baik akan lahir Ali Sunan lainnya yang siap mengukir lagi prestasi di tingkat nasional maupun internasional.

BIODATA

Nama : Ali Sunan
Lahir : Ngayom, Sekaran, Lamongan. 1 November 1967, Indonesia.
Tinggi : 1,7 m
Posisi : Playmaker

KARIR PEMAIN

1. RCM Paciran tahun 1983
2. Persija Jakarta Junior tahun 1986.
3. Timnas U-16 di Piala Coca Cola Asia 1988 Juara Asia dan Playmaker Terbaik.
4. PKT Bontang tahun 1990 -1995.
5. Asyabab Surabaya tahun 1996.
6. Petrokimia Putra tahun 1997.
7. Arseto Solo tahun 1998.
8. PSIS Semarang tahun 1999. Juara dan Pemain Terbaik Ligina.
9. Persija Jakarta tahun 2000.
10. Persela Lamongan tahun 2001.
11. Persijasel Jakarta Selatan tahun tahun 2002.
12. Persipur Purwodadi tahun 2003.
______________________________

KARIR PELATIH

1. Persikam Kab. Malang sebagai pemain dan pelatih tahun 2004.
2. PSBI Blitar tahun 2008.

Ali Sunan Mantan Pemain Sepakbola Nasional Asli Paciran, Dari RCM untuk Indonesia.





  Penulis: Amir Baihaqi

Beberapa klub legendaris sepakbola Indonesia sudah pernah ia bela dalam karirnya dari periode 1990 sampai 2008. Sebut saja Persija Jakarta, Assyabab Surabaya, Petrokimia Gresik, Arseto Solo, dan PSIS Semarang yang dibawanya menjadi kampiun di Ligina musim 1999. Setelah tidak aktif menjadi pemain profesional, ia memilih menjadi pelatih di Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan (PS HW) Paciran dan membuka toko perlengkapan olahraga. Berikut laporan khusus dari Kabar Paciran saat ditemui di tokonya.



USIANYA sudah menginjak 50 tahun, namun terlihat masih energik dan cekatan. Hal itu terlihat saat melayani beberapa pembeli di toko peralatan olahraga miliknya yang berada di samping Rumah Makan Mekar Jaya 1.



Disela-sela melayani pembeli, pria kelahiran 1 November 1967 itu menceritakan awal mula dirinya menjadi pemain profesional. Dari karirnya tersebut sederet prestasi sudah terukir dan diraihnya.



Tapi siapa sangka, putra Haji Marwan itu memulai karir sepakbola dari klub sepakbola amatir desa bernama Remaja Cuci Mobil (RCM). "Dinamakan begitu karena sebagian para pemainnya sehari-harinya merupakan tukang cuci mobil," kata pria yang akrab disapa Bang Ali itu.



Bersama RCM, ia bermain di Liga Utama Desa Paciran bersaing dengan klub desa setempat seperti Buana Raya, PS HW, Rodali, dan sebagainya. Tahun 1986, ia kemudian mencoba peruntungan berangkat ke Jakarta dan berhasil masuk di tim Persija Junior.

Dari situlah, karir Bang Ali langsung menanjak dengan menembus menjadi pemain nasional U16 yang berlaga di Piala Coca Cola Asia tahun 1988. "Waktu itu (Piala Coca Cola, red) saya terpilih jadi playmaker terbaik," kenang Bang Ali.

Usai piala Coca Cola, rupanya klub dari Kalimantan Timur yakni PKT Bontang langsung kepincut dan mengontraknya selama lima musim berturut-turut pada periode 1990 sampai 1995. Karirnya kemudian dilanjutkan di tiga klub Galatama yakni Assyabab Surabaya, Petrokimia Gresik, dan Arseto Solo. "Masing-masing klub saya bela satu musim kompetisi saja," ujarnya.

Sekitar tahun 1996, induk organisasi sepakbola nasional PSSI di bawah kepemimpinan Azwar Anas mengeluarkan kebijakan baru. Klub-klub dalam kompetisi Galatama dan Perserikatan diikutkan untuk ikut di Liga Indonesia (Ligina).




Tahun 1999 setelah kompetisi Ligina bergulir, ia kemudian bergabung dengan PSIS Semarang. Dalam usia yang relatif muda, Bang Ali turut andil mengantarkan tim berjuluk Panzer Biru ke tangga juara untuk pertama kalinya.

Tak hanya mengantarkan PSIS Semarang juara Ligina musim 1999, Bang Ali juga melengkapi gelar individu sebagai pemain terbaik nasional. "Alhamdulillah, waktu itu bisa juara dan meraih pemain terbaik Ligina," tuturnya.

Setelah semusim mengukir prestasi puncak bersama PSIS, Bang Ali kemudian hengkang dan memutuskan bergabung dengan tim Persija pada tahun 2000. Namun kerbersamaan dengan tim ibu kota berjuluk Macan Kemayoran juga hanya semusim.

Namun sejauh-jauhnya burung terbang, pada akhirnya singgah juga. Tahun 2001 Laskar Joko Tingkir Persela yang promosi naik ke divisi utama sempat diperkuat Bang Ali. Meskipun hanya semusim karena ia kembali ke Jakarta memperkuat PSJS Jakarta Selatan selama semusim.

Pria kelahiran Dusun Ngayom, Sekaran ini sempat juga berkostum Persepur Purwodadi Jawa Tengah dan Persekam Kabupaten Malang selama semusim.

Namun dunia sepakbola ternyata sudah mendarah daging bagi Bang Ali, usai pensiun di lapangan hijau ia sempat berkarir sebagai pelatih. Meski tak semoncer sewaktu jadi pemain, beberapa klub yang tercatat pernah dilatih seperti Persekam dan PSBI Blitar. "2004 di Persekam sempat jadi pemain dan pelatih," katanya.

Kini diusia kepala lima, sehari-hari Bang Ali membuka usaha toko peralatan mulai dari jersey klub, sepatu dan berbagai macam peralatan olahraga. Ia berharap dari pengalaman dan prestasinya yang telah diraih bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi bibit-bibit muda pemain lokal.

Terlebih lagi sejak dahulu Persepa Paciran dikenal sebagai gudangnya pemain dengan talenta bagus di pesisir Pantura. Bukan tidak mungkin dengan pembinaan berkelanjutan dan kompetisi yang baik akan lahir Ali Sunan lainnya yang siap mengukir lagi prestasi di tingkat nasional maupun internasional.

BIODATA

Nama : Ali Sunan
Lahir : Ngayom, Sekaran, Lamongan. 1 November 1967, Indonesia.
Tinggi : 1,7 m
Posisi : Playmaker

KARIR PEMAIN

1. RCM Paciran tahun 1983
2. Persija Jakarta Junior tahun 1986.
3. Timnas U-16 di Piala Coca Cola Asia 1988 Juara Asia dan Playmaker Terbaik.
4. PKT Bontang tahun 1990 -1995.
5. Asyabab Surabaya tahun 1996.
6. Petrokimia Putra tahun 1997.
7. Arseto Solo tahun 1998.
8. PSIS Semarang tahun 1999. Juara dan Pemain Terbaik Ligina.
9. Persija Jakarta tahun 2000.
10. Persela Lamongan tahun 2001.
11. Persijasel Jakarta Selatan tahun tahun 2002.
12. Persipur Purwodadi tahun 2003.
______________________________

KARIR PELATIH

1. Persikam Kab. Malang sebagai pemain dan pelatih tahun 2004.
2. PSBI Blitar tahun 2008.

Subscribe Our Newsletter